By: Winaria Lubis
Sepi ini tak menjadi luka untukku...
Dengan satu tepakan angin yang berhembus...
Tanpa helaan sakit yang menikam di sudut jiwaku...
Aku masih merapat pada kenangan tentang pelukmu...
Tentang seribu janjimu...
Sebongkah misteri takkan terpecahkan sampai sesak terasa mendera...
Dan jelataku tak berkeinginan memilin sebuah temali ikrar tak pasti...
Ya ALLAAH...
Pantaskah aku untuk memintal ulang re-rasa yang telah meredup
di timbunan tanah ini...?
Jika kalbuku hanya mampu menilik sebilah saja kata dalam tempurung otakku, tentang-MU...
Tentang kerinduan yang tak pernah redup...
Bukan, bukan gulita atau kelamnya malam yang memecahkan kristal di sudut retinaku...
Yang mengikis lontar tentang harap itu...
Dan jelataku yang tak berkeinginan untuk je-jalin singkat di sebuah
ruang terbatas...,
tanpa wajah...,
tanpa kata...,
tanpa sosok-MU walau KAU ada....
Ya ALLAAH...
Sebuah dilema membuai mengangan lunak di belantara cinta...
Merebak perih berlari dengan ketidaksanggupanku...
Memekik ronta melayang samar di potongan sisa usia...
Tidak...
Jangan hantarkan untaian itu di palung kalbuku...
Karena kulemah tanpa mimpi imajinasi...
Aaacchhh...
Dilema ini tak sanggup terpikul...,
tak sanggup terbawa...,
tak sanggup terusung...
Aku mati terkubur ketika rindu pun terpasung...
Yang terjejaki hanya lunta, yang memberi rangkaian rindu dengan kenangan tak tentu...
Dan jelataku kembali mendilema di antara keping-keping rindu...
(*Jakarta, 10 Desember 2013*)
SEBUAH INTERUPSI
By: Winaria Lubis
Pada sudut pikirku menjelma bayangmu...
Masih saja rindu menjamah...
Sedang madahku, tak mampu singkirkanmu...
Ooohhh....
Biarkan aku memelukmu, duhai malam...
Meski langit merintih kesedihan...
Wajah alam berubah suram...
Dan angin mengusung cerita...
Tentang dawai-dawai rinai yang bersenandungkan balada kerinduan...
Kerinduan pada belikat dadaku yang teremas ngilu...
Aku kembali terpuruk sendu...
Sementara halilintar mengalunkan irama gempita...
Laksana dentingan jutaan gong...
Tapi tetap saja aku tak bergeming...
Dari himpitan belenggu rindu...
Aku rindu padamu...
Duhai engkau yang bersembunyi dari balik perut bumi...!!
Bangkitlah dari keegoisanmu...
Mengapa tak sekali pun kau datang dalam mimpiku...??
Tak ibakah hatimu padaku...??
Pada hatiku...??
Pada jantungku...??
Pada mataku...??
Pada otakku...??
Atau tak inginkah engkau membawaku terbang tinggi...??
Menghilang dari kefanaan ini...??
(*Jakarta, 30 November 2013*)
By: Winaria Lubis
Pada sudut pikirku menjelma bayangmu...
Masih saja rindu menjamah...
Sedang madahku, tak mampu singkirkanmu...
Ooohhh....
Biarkan aku memelukmu, duhai malam...
Meski langit merintih kesedihan...
Wajah alam berubah suram...
Dan angin mengusung cerita...
Tentang dawai-dawai rinai yang bersenandungkan balada kerinduan...
Kerinduan pada belikat dadaku yang teremas ngilu...
Aku kembali terpuruk sendu...
Sementara halilintar mengalunkan irama gempita...
Laksana dentingan jutaan gong...
Tapi tetap saja aku tak bergeming...
Dari himpitan belenggu rindu...
Aku rindu padamu...
Duhai engkau yang bersembunyi dari balik perut bumi...!!
Bangkitlah dari keegoisanmu...
Mengapa tak sekali pun kau datang dalam mimpiku...??
Tak ibakah hatimu padaku...??
Pada hatiku...??
Pada jantungku...??
Pada mataku...??
Pada otakku...??
Atau tak inginkah engkau membawaku terbang tinggi...??
Menghilang dari kefanaan ini...??
(*Jakarta, 30 November 2013*)
JANGAN SIKSA AKU
By: Winaria Lubis
Papa, Mama...
Kasihanilah aku.
Lihatlah tubuhku yang kecil ini, lemah, dan tiada berdaya...
Seandainya Papa & Mama memukulku, aku takkan mampu mengelak, apalagi untuk melawan...
Papa, Mama...
Sayangilah aku.
Janganlah kalian menyiksaku, hanya karena kesalahan kecil yang aku lakukan.
Kesalahan yang aku sendiri pun tak mengerti...
Papa, Mama...
Bukankah kalian tahu, usiaku baru di bawah 5 tahun.
Bagaimana mungkin aku bisa membedakan baik dan buruk setiap perbuatanku, tanpa didikan dan bimbinganmu...
Papa, Mama....
Baru tadi kalian mencium pipiku, memeluk tubuhku, dan mengajak aku bercanda dengan gelak tawa.
Namun mengapa sekarang kalian pukuli aku, kalian siksa aku...?
Hanya karena aku berbuat kesalahan kecil, yang aku sendiri pun tak mengerti arti kesalahanku...
Papa, Mama...
Aku tak mengerti kalau Papa capek bekerja seharian...
Aku tak tahu kalau Mama juga letih bekerja seharian...
Yang aku inginkan hanyalah, aku disayangi dan diperhatikan...
Yang aku butuhkan adalah keselamatan dan kenyamanan...
Papa, Mama...
Lindungilah aku dari bahaya...
Berilah aku perlindungan dan keselamatan...
Aku bukan hanya butuh makan dan mainan...
Tapi lebih dari itu, aku butuh kasih sayang dan kehangatan cinta yang Papa & Mama berikan...
Papa, Mama...
Ingatlah...
Bukankah aku adalah harapan masa depanmu...?
Yang kelak akan meneruskan generasimu...?
Bimbinglah aku, sayangilah aku...
Didiklah aku dengan baik dan dengan penuh kasih sayang...
Karena kelak di suatu saat nanti, InsyaALLAH aku pun akan melakukan yang sama terhadapmu, bila kau tua dan sudah tak berdaya...
Papa, Mama...
Tidakkah iba hatimu melihat banyak temanku mati bergelimpangan di tanah Palestina, Afganistan, atau Herzegovina...?
Mereka mati karena kebiadaban tentara Israel dan Amerika...
Hikss hiksss...
Dan banyak juga temanku yang mati karena kekejaman para pembantu rumah tangga yang tak berperikemanusiaan...
Maukah Papa & Mama, andai aku mengalami nasib yang sama dengan mereka...?
Tentu tidak bukan...?
Maka dari itu, sayangilah aku, kasihilah aku, cintailah aku...
Didiklah aku dengan segenap jiwamu, tanpa ada emosi dan ketidaksabaran...
Itulah permohonan tulus dariku, anakmu yang kau sayangi, tapi juga kau pukuli dan kau sakiti....
(*Jakarta, 27 November 2013*)
By: Winaria Lubis
Papa, Mama...
Kasihanilah aku.
Lihatlah tubuhku yang kecil ini, lemah, dan tiada berdaya...
Seandainya Papa & Mama memukulku, aku takkan mampu mengelak, apalagi untuk melawan...
Papa, Mama...
Sayangilah aku.
Janganlah kalian menyiksaku, hanya karena kesalahan kecil yang aku lakukan.
Kesalahan yang aku sendiri pun tak mengerti...
Papa, Mama...
Bukankah kalian tahu, usiaku baru di bawah 5 tahun.
Bagaimana mungkin aku bisa membedakan baik dan buruk setiap perbuatanku, tanpa didikan dan bimbinganmu...
Papa, Mama....
Baru tadi kalian mencium pipiku, memeluk tubuhku, dan mengajak aku bercanda dengan gelak tawa.
Namun mengapa sekarang kalian pukuli aku, kalian siksa aku...?
Hanya karena aku berbuat kesalahan kecil, yang aku sendiri pun tak mengerti arti kesalahanku...
Papa, Mama...
Aku tak mengerti kalau Papa capek bekerja seharian...
Aku tak tahu kalau Mama juga letih bekerja seharian...
Yang aku inginkan hanyalah, aku disayangi dan diperhatikan...
Yang aku butuhkan adalah keselamatan dan kenyamanan...
Papa, Mama...
Lindungilah aku dari bahaya...
Berilah aku perlindungan dan keselamatan...
Aku bukan hanya butuh makan dan mainan...
Tapi lebih dari itu, aku butuh kasih sayang dan kehangatan cinta yang Papa & Mama berikan...
Papa, Mama...
Ingatlah...
Bukankah aku adalah harapan masa depanmu...?
Yang kelak akan meneruskan generasimu...?
Bimbinglah aku, sayangilah aku...
Didiklah aku dengan baik dan dengan penuh kasih sayang...
Karena kelak di suatu saat nanti, InsyaALLAH aku pun akan melakukan yang sama terhadapmu, bila kau tua dan sudah tak berdaya...
Papa, Mama...
Tidakkah iba hatimu melihat banyak temanku mati bergelimpangan di tanah Palestina, Afganistan, atau Herzegovina...?
Mereka mati karena kebiadaban tentara Israel dan Amerika...
Hikss hiksss...
Dan banyak juga temanku yang mati karena kekejaman para pembantu rumah tangga yang tak berperikemanusiaan...
Maukah Papa & Mama, andai aku mengalami nasib yang sama dengan mereka...?
Tentu tidak bukan...?
Maka dari itu, sayangilah aku, kasihilah aku, cintailah aku...
Didiklah aku dengan segenap jiwamu, tanpa ada emosi dan ketidaksabaran...
Itulah permohonan tulus dariku, anakmu yang kau sayangi, tapi juga kau pukuli dan kau sakiti....
(*Jakarta, 27 November 2013*)
AKU DALAM KESEDIHAN
By: Winaria Lubis
Andaikan sunyi itu berlagu...
Dan sepi bersuara...
Mungkin sunyi berdendang riang...
Dan sepi mula beramah tandang...
Tiada keluh kesah dan rungutan perasaan...
Hanya desah dendang sayang...
Irama lagu berbisik kegairahan
Melodi mungkin tiada lagi kesedihan...
Dan petikkan jemari mungkin terdiam...
Andaikan nuraniku tak teriris sembilu...
Kan kutelusuri lembah pagi...
Memeluk ketenangan pada lantai bumi...
Menjemput suasana damai...
Lalu diri terasyik membuai...
Seiring hembusan angin, kuhadir merangkul alam-MU
Andaikan sunyi hilang tiada lagi ilham...
Pasti sepi akan mengajar kecurangan...
Mengarah diri berdendang keasyikan...
Dalam riuh alam dan tiada lagi ketenangan...
Seperti gejolak sedihku menitik titik pada sukma...
Bagai dilema terbuang sayang, digenggam terbakar...
Aku dalam kesedihan...
(*Jakarta, 27 September 2013*)
UNTUKMU
YANG MENYAYANGIKU
By: Winaria Lubis
Dalam diam, kumencintaimu...
Duhai cahaya mata bathinku...
Kusimpan indah raut pesonamu di relung hatiku...
Kusapa kasihmu dengan bait puisi penenang qalbu...
Kulukis azzam cintamu lewat senyum manisku...
Di atas sajadah qalbu, kuuntai seribu jambrut cintaku...
Kukalungkan ke dalam jiwamu...
Duhau engkau asbab kerinduanku...
Kupahat namamu di tulus sanubariku...
Dalam lemah dan lelahku...
Kuingin hanya kau saja penawar...
Memberi ringan dan riang...
Pada seluruh jiwa ragaku...
Kau adalah pautan dari segala sandaran kasihku...
(Kau yang selalu ada menemaniku dan tiga buah hatiku)
By: Winaria Lubis
Dalam diam, kumencintaimu...
Duhai cahaya mata bathinku...
Kusimpan indah raut pesonamu di relung hatiku...
Kusapa kasihmu dengan bait puisi penenang qalbu...
Kulukis azzam cintamu lewat senyum manisku...
Di atas sajadah qalbu, kuuntai seribu jambrut cintaku...
Kukalungkan ke dalam jiwamu...
Duhau engkau asbab kerinduanku...
Kupahat namamu di tulus sanubariku...
Dalam lemah dan lelahku...
Kuingin hanya kau saja penawar...
Memberi ringan dan riang...
Pada seluruh jiwa ragaku...
Kau adalah pautan dari segala sandaran kasihku...
(Kau yang selalu ada menemaniku dan tiga buah hatiku)
~Jakarta,
20 September 2013~
DIRIMU
By: Winaria Lubis
Ku tulis cinta ini di langit...
Untuk dibaca surga dan bumi...
Semoga kau mengerti...
Cinta ini suci tak terbagi...
Mengalir dalam darah di nadiku...
Merangkai mimpi di tidurku...
Menjadi pangeran di istana cintaku...
Hingga batas akhir nafas di hidupku...
(*Jakarta, 03 September 2013*)
By: Winaria Lubis
Ku tulis cinta ini di langit...
Untuk dibaca surga dan bumi...
Semoga kau mengerti...
Cinta ini suci tak terbagi...
Mengalir dalam darah di nadiku...
Merangkai mimpi di tidurku...
Menjadi pangeran di istana cintaku...
Hingga batas akhir nafas di hidupku...
(*Jakarta, 03 September 2013*)
TENTANGMU
By: Winaria Lubis
Segenggam asa tersunting lara...
Meluluhkan angkuhku pada logika tentang cinta...
Rapat hatimu terkunci...
Mencibirkan sepi yang menyelimuti sukmaku...
Aku terpenjara dalam bongkahan sikapmu...
Yang acuhkanku pada keheningan ruang dan waktu...
By: Winaria Lubis
Segenggam asa tersunting lara...
Meluluhkan angkuhku pada logika tentang cinta...
Rapat hatimu terkunci...
Mencibirkan sepi yang menyelimuti sukmaku...
Aku terpenjara dalam bongkahan sikapmu...
Yang acuhkanku pada keheningan ruang dan waktu...
(*Jakarta, 11 Mei 2013*)
MALAM
INI
By:
Winaria Lubis
Malam
ini ku ingin berpuisi...
Menyepi dan larut dalam nuansa bening hati...
Andai aku bisa menikam waktu, akan ku robek-robek sinar mentari...
Agar aku dapat terus bersamamu menikmati malam ini...
Kasih...
Jangan kau biarkan aku termangu dalam ragu...
Dengarlah desah gairah nafas cintaku...
Alunan iramanya begitu syahdu merayu...
Menghantarkan beban sejuta rindu di dalam indahnya dekap hangat belaian kasihmu...
Menyepi dan larut dalam nuansa bening hati...
Andai aku bisa menikam waktu, akan ku robek-robek sinar mentari...
Agar aku dapat terus bersamamu menikmati malam ini...
Kasih...
Jangan kau biarkan aku termangu dalam ragu...
Dengarlah desah gairah nafas cintaku...
Alunan iramanya begitu syahdu merayu...
Menghantarkan beban sejuta rindu di dalam indahnya dekap hangat belaian kasihmu...
(*Jakarta,
29 April 2013*)
KAU
KINI HILANG
By: Winaria Lubis
Terkurung ceria dalam kelam jiwa...
Menyibakkan tawa berbalut rana...
Kupaku sepi dalam diamku...
Denyut nyali menyambar jantungku...
Kau kini hilang dalam setiap kenangku...
Aku masih saja melebur sembilu pilu...
Dalam kesederhanaan citra yang terbingkai dari syairku...
Melanglang buana pada setiap jejak makna kehidupan...
Aku selalu terkucilkan dari riuhnya candamu...
Dan, kau kini hilang dalam setiap kenangku...
Bagai salju menyelimuti rasa...
Menyebar serpihan gerai cinta...
Tersandung aku dengan kerapuhanku...
Laksana awan lunglai menjadi butiran air...
Aku masih terus kau abaikan dalam kehangatan kasihmu...
Dan, kau kini hilang dalam setiap kenangku...
(*Jakarta, 06 April 2013*)
By: Winaria Lubis
Terkurung ceria dalam kelam jiwa...
Menyibakkan tawa berbalut rana...
Kupaku sepi dalam diamku...
Denyut nyali menyambar jantungku...
Kau kini hilang dalam setiap kenangku...
Aku masih saja melebur sembilu pilu...
Dalam kesederhanaan citra yang terbingkai dari syairku...
Melanglang buana pada setiap jejak makna kehidupan...
Aku selalu terkucilkan dari riuhnya candamu...
Dan, kau kini hilang dalam setiap kenangku...
Bagai salju menyelimuti rasa...
Menyebar serpihan gerai cinta...
Tersandung aku dengan kerapuhanku...
Laksana awan lunglai menjadi butiran air...
Aku masih terus kau abaikan dalam kehangatan kasihmu...
Dan, kau kini hilang dalam setiap kenangku...
(*Jakarta, 06 April 2013*)
DUHAI
ENGKAU YANG TERSIRAT
By: Winaria Lubis
Andai aksara langit mampu kutafsirkan…
Akan kujadikan kanvas lukisan rinduku…
Membiarkan alam terpaku haru padaku...
Duhai engkau yang bertahta di jelaga hatiku...
Bacalah adaku dengan mata yang terpuisi...
Puisi yang kucuri dari titik embun, pagi tadi...
Demi waktu...
Hari ini aku benar-benar bingung menerjemahkan lara...
Ketika segala alibiku patah...
Luluh lantak tak ketemu arah...
Tudingan miring ajarkan bagaimana membencimu...
Tangki yang biasa limpah ruah oleh cinta...
Kini hampa...
Dengan tawaran kata-kata yang menyimpan di balik tirai...
Atau bisikan ilusi yang mengatasnamakan keindahan...
Aaah, entahlah...
Duhai engkau yang tersirat tapi tak tersurat...
Maafku beribu maaf di semua kata maaf...
Aku kembalikan dirimu...
Pada tempat yang dulu kita bertemu…
Meski rindu terjunjung di atas pikiranku...
(*Jakarta, 20 Maret 2013*)
By: Winaria Lubis
Andai aksara langit mampu kutafsirkan…
Akan kujadikan kanvas lukisan rinduku…
Membiarkan alam terpaku haru padaku...
Duhai engkau yang bertahta di jelaga hatiku...
Bacalah adaku dengan mata yang terpuisi...
Puisi yang kucuri dari titik embun, pagi tadi...
Demi waktu...
Hari ini aku benar-benar bingung menerjemahkan lara...
Ketika segala alibiku patah...
Luluh lantak tak ketemu arah...
Tudingan miring ajarkan bagaimana membencimu...
Tangki yang biasa limpah ruah oleh cinta...
Kini hampa...
Dengan tawaran kata-kata yang menyimpan di balik tirai...
Atau bisikan ilusi yang mengatasnamakan keindahan...
Aaah, entahlah...
Duhai engkau yang tersirat tapi tak tersurat...
Maafku beribu maaf di semua kata maaf...
Aku kembalikan dirimu...
Pada tempat yang dulu kita bertemu…
Meski rindu terjunjung di atas pikiranku...
(*Jakarta, 20 Maret 2013*)
DUHAI
BINTANG
By: Winaria Lubis
Duhai bintang...
Berikan aku nada-nada...
Meski bersuara ratapan kepedihan...
Yang terjebak dalam titik koma...
Izinkan aku bernyanyi tentang asmara melalui jiwaku...
Biarkan semua mengalun...
Mengisahkan tembang keindahan malam...
Duhai bintang...
Separuh jiwaku bermandikan kemilaumu...
Kala taring malam mulai menggigit kehampaan...
Dan bulu-bulu malam telah menghitam semua...
Kemilaumu laksana cahaya suarga loka...
Yang menentramkan sukmaku...
Duhai bintang...
Resahku hadir...
Saat kukulum manja peraduanku yang bisu, gugu dan ambigu...
Karena engkau sembunyi di balik pekatnya awan kelabu...
Walau kutahu aksaramu bertaburan di langit...
Membingkai seribu bahasa tentang kerinduan kita...
Duhai bintang...
Biarkan kunikmati malam ini walau sejenak...
Bersama kedipanmu yang menyandarkan harapan cinta...
Seiring doa-ku menyelimuti atma-mu...
(*Jakarta, 16 Maret 2013*)
By: Winaria Lubis
Duhai bintang...
Berikan aku nada-nada...
Meski bersuara ratapan kepedihan...
Yang terjebak dalam titik koma...
Izinkan aku bernyanyi tentang asmara melalui jiwaku...
Biarkan semua mengalun...
Mengisahkan tembang keindahan malam...
Duhai bintang...
Separuh jiwaku bermandikan kemilaumu...
Kala taring malam mulai menggigit kehampaan...
Dan bulu-bulu malam telah menghitam semua...
Kemilaumu laksana cahaya suarga loka...
Yang menentramkan sukmaku...
Duhai bintang...
Resahku hadir...
Saat kukulum manja peraduanku yang bisu, gugu dan ambigu...
Karena engkau sembunyi di balik pekatnya awan kelabu...
Walau kutahu aksaramu bertaburan di langit...
Membingkai seribu bahasa tentang kerinduan kita...
Duhai bintang...
Biarkan kunikmati malam ini walau sejenak...
Bersama kedipanmu yang menyandarkan harapan cinta...
Seiring doa-ku menyelimuti atma-mu...
(*Jakarta, 16 Maret 2013*)
BINGKAI
HAYALKU MALAM INI
By: Winaria Lubis
Malam berkabut pekat...
Bulan redup berteman awan...
Saat gerimis memuncak pasi...
Irama syahdu...
Berpacu dalam bingkai hayalku...
Membawa guratan sejuta rindu...
Oh badai kesunyian...
Bawalah aku menerawang jauh ke ruang imaji...
Menyatu dalam altar ilusi...
Menggambarkannya dalam sejuta titik...
Dalam animasi berwarna-warni...
Sekarang kamusku berdebu...
Ensiklopediku mengendap dan lari sembunyi...
Komputerku bagai kesepian dan akhirnya depresi...
Karena kutak mampu lagi menulis seribu puisi cinta...
Semua huruf yang tersisa di ujung jemari, telah membeku...
Karena rindu ini telah membutakan kreasiku tentang cinta...
Oh malam dan hujan...
Rembulanku kelihatan redup sendu...
Terhampar kabut sepi...
Alam di hadapanku diam tanpa suara...
Sepi menyelimuti jiwa dan tak selalu indah...
Namun tetap bermakna...
Dan tentangmu adalah rindu...
Hujan masih berdawai syahdu...
Membawa segunung resah...
Mimpi-mimpi tentangmu hadir satu persatu...
Bertaut rindu yang tak pernah berpenghujung...
Dan tentangmu masih saja rindu...
(*Jakarta, 01 Maret 2013*)
By: Winaria Lubis
Malam berkabut pekat...
Bulan redup berteman awan...
Saat gerimis memuncak pasi...
Irama syahdu...
Berpacu dalam bingkai hayalku...
Membawa guratan sejuta rindu...
Oh badai kesunyian...
Bawalah aku menerawang jauh ke ruang imaji...
Menyatu dalam altar ilusi...
Menggambarkannya dalam sejuta titik...
Dalam animasi berwarna-warni...
Sekarang kamusku berdebu...
Ensiklopediku mengendap dan lari sembunyi...
Komputerku bagai kesepian dan akhirnya depresi...
Karena kutak mampu lagi menulis seribu puisi cinta...
Semua huruf yang tersisa di ujung jemari, telah membeku...
Karena rindu ini telah membutakan kreasiku tentang cinta...
Oh malam dan hujan...
Rembulanku kelihatan redup sendu...
Terhampar kabut sepi...
Alam di hadapanku diam tanpa suara...
Sepi menyelimuti jiwa dan tak selalu indah...
Namun tetap bermakna...
Dan tentangmu adalah rindu...
Hujan masih berdawai syahdu...
Membawa segunung resah...
Mimpi-mimpi tentangmu hadir satu persatu...
Bertaut rindu yang tak pernah berpenghujung...
Dan tentangmu masih saja rindu...
(*Jakarta, 01 Maret 2013*)
PENANTIAN
TAK BERUJUNG
By: Winaria Lubis
Aku tersudut di kehampaan ruang dan waktu...
Menanti secercah cahaya kehidupan...
Hingga kuterjatuh tertunduk menepis luka...
Lamunan lara kian melebur dalam asa...
Sesakkan ruang nafasku pada titik sepi...
Akankah kutemukan satu raga menyapa jiwa...?
Ooohhh hatiii....!
Bersabarlah dalam penantian tak berujung...
By: Winaria Lubis
Aku tersudut di kehampaan ruang dan waktu...
Menanti secercah cahaya kehidupan...
Hingga kuterjatuh tertunduk menepis luka...
Lamunan lara kian melebur dalam asa...
Sesakkan ruang nafasku pada titik sepi...
Akankah kutemukan satu raga menyapa jiwa...?
Ooohhh hatiii....!
Bersabarlah dalam penantian tak berujung...
(*Jakarta,
18 Februari 2013*)
BAHASA RINDU
By: Winaria Lubis
Gelap hari, gelap hati, gelap cinta ...
Meniti setapak arah tanpa arah ...
Lelah tertatah merangkak resah ...
Terjatuh, meringkih jiwaku berdarah ...
Andai kepastian tersiar lewat titik embun ...
Takkan gelisah berkuasa di setiap rasaku ...
Takkan bertepi penantian panjangku ...
Seperti sekarang, aku mendamba hadirmu mengetuk sukmaku .. . Menyirami ladang cintaku yang mulai gersang ...
Semikanlah, semikan kembali gejolakku yang mulai redup...
Karena tiada kau semaikan benih...
Aku bagai daun kering terbawa angin selatan...
Menuju kubangan sisa-sisa cinta...
Oh, cinta ...
Cintaaaaa......!!!
(*Jakarta, 13 Februari 2013*)
By: Winaria Lubis
Gelap hari, gelap hati, gelap cinta ...
Meniti setapak arah tanpa arah ...
Lelah tertatah merangkak resah ...
Terjatuh, meringkih jiwaku berdarah ...
Andai kepastian tersiar lewat titik embun ...
Takkan gelisah berkuasa di setiap rasaku ...
Takkan bertepi penantian panjangku ...
Seperti sekarang, aku mendamba hadirmu mengetuk sukmaku .. . Menyirami ladang cintaku yang mulai gersang ...
Semikanlah, semikan kembali gejolakku yang mulai redup...
Karena tiada kau semaikan benih...
Aku bagai daun kering terbawa angin selatan...
Menuju kubangan sisa-sisa cinta...
Oh, cinta ...
Cintaaaaa......!!!
(*Jakarta, 13 Februari 2013*)
TENTANGMU DALAM RASAKU
By: Winaria Lubis
Aku terseok dalam gulita cintamu...
Meratapi sejuta asa yang samar-samar semu...
Mengapa jejakmu masih membekasi hatiku yang sepi...
Terlena jiwa meronta hati...
Kasih...
Jauhnya aku berfantasi tentangmu...
Mengais kembali sejuta anganku yang biru...
Menarik garis-garis cintamu...
Mengaitkannya dengan rasa sayangku...
Kasih...
Ingin kurebahkan segala rasa, resah dan gulanaku...
Di atas bidangnya dadamu yang berbulu...
Bulu-bulu rindu yang aku sukai...
Merintih bathinku dalam hangatnya cintamu...
Ooohhh kasiihh.....
Berikan aku kehangatan, kemesraan, dan rintihan mesramu...
I miss You...
(*Jakarta, 11 Februari 2013*)
By: Winaria Lubis
Aku terseok dalam gulita cintamu...
Meratapi sejuta asa yang samar-samar semu...
Mengapa jejakmu masih membekasi hatiku yang sepi...
Terlena jiwa meronta hati...
Kasih...
Jauhnya aku berfantasi tentangmu...
Mengais kembali sejuta anganku yang biru...
Menarik garis-garis cintamu...
Mengaitkannya dengan rasa sayangku...
Kasih...
Ingin kurebahkan segala rasa, resah dan gulanaku...
Di atas bidangnya dadamu yang berbulu...
Bulu-bulu rindu yang aku sukai...
Merintih bathinku dalam hangatnya cintamu...
Ooohhh kasiihh.....
Berikan aku kehangatan, kemesraan, dan rintihan mesramu...
I miss You...
(*Jakarta, 11 Februari 2013*)
KEGELISAHAN
HATI
By: Winaria Lubis
Terkadang aku lemah...
Jiwa luntur...
Semangat kian pudar...
Tatkala tenggelam dalam ujian dan cobaan...
Jalan dihadapan terasa kelam...
Gelap...
Kosong...
Terlintas di hati keputusasaan...
Lemah...
Resah...
Sejuta bimbang mengguncang...
Rasa ingin menangis...
Menjerit...
Menghempas lepas derita...
Ya ALLAAH....
Setiap jengkal nafas hidup dirasa merengkuh setengah hati...
Rasa sakit terasa tak mampu menjalani hidup...
Sejengkal langkah dan sepatah kata menyebar di otakku...
Lantas terlintas di fikiran kalam yang terindah...
Astaghfirullaahh...
Nama-MU menguasai segenap fikiranku...
Pengobat jiwaku yang lemah...
Menerangi jalan yang hampir redup...
ALLAH...
Rengkuhlah hatiku, jiwaku, otakku...
Aku tak ingin jauh darimu...
By: Winaria Lubis
Terkadang aku lemah...
Jiwa luntur...
Semangat kian pudar...
Tatkala tenggelam dalam ujian dan cobaan...
Jalan dihadapan terasa kelam...
Gelap...
Kosong...
Terlintas di hati keputusasaan...
Lemah...
Resah...
Sejuta bimbang mengguncang...
Rasa ingin menangis...
Menjerit...
Menghempas lepas derita...
Ya ALLAAH....
Setiap jengkal nafas hidup dirasa merengkuh setengah hati...
Rasa sakit terasa tak mampu menjalani hidup...
Sejengkal langkah dan sepatah kata menyebar di otakku...
Lantas terlintas di fikiran kalam yang terindah...
Astaghfirullaahh...
Nama-MU menguasai segenap fikiranku...
Pengobat jiwaku yang lemah...
Menerangi jalan yang hampir redup...
ALLAH...
Rengkuhlah hatiku, jiwaku, otakku...
Aku tak ingin jauh darimu...
(*Jakarta,
04 Februari 2013*)
SENTUHAN
CINTA-NYA
By: Winaria Lubis
Jangan bersedih...
Jangan merasa sepi...
Jangan gundah...
Jangan lara...
Biarkan airmatamu...
Biarkan kerinduanmu...
Biarkan semua takdirmu...
Nikmati betapa nikmatnya semua...
Dulu ada dosa...
Kita khilaf...
Terdampar ke lembah kenistaan...
Terperangkap dalam kubangan syetan...
Kita terlupa karena lemah iman...
Dulu ada derita...
Kita terjatuh dalam nestapa...
Pilu, ngilu menderu...
Terseok-seok di alam kehancuran...
Kita terlupa karena lemah amalan...
Tapi...
Semua takkan lama kawan...
Bila Qalbu ada setitik iman...
Tersentuh oleh keindahan cintamu pada-NYA...
DIA takkan biarkan kau dalam dosa berkepanjangan...
DIA takkan biarkan kau dalam derita selamanya...
Karena DIA ada di Qalbumu yang indah...
Cahaya-NYA akan menuntut jiwamu...
Cahaya-NYA akan membimbing langkahmu...
Semua takkan lama lama kawan...
Sentuhan cinta-NYA akan tetap menaungi hatimu...
Menuju pada kehidupan yang hakiki...
ILLAHI ROBBY akan menjemputmu dalam semesta takdirmu...
Bersabarlah...
Tawakkallah...
Ikhlaslah...
Tawadhu'lah...
Sentuhan cinta-NYA akan menghantarkanmu pada keabadian...
Keabadian yang bergelimang keindahan...
Keindahan yang bertaburkan iman...
ALLAAH....
Jangan biarkan kami tersesat lebih lama....
Hikss hikss hikss...
(*Jakarta, 10 Januari 2013*)
By: Winaria Lubis
Jangan bersedih...
Jangan merasa sepi...
Jangan gundah...
Jangan lara...
Biarkan airmatamu...
Biarkan kerinduanmu...
Biarkan semua takdirmu...
Nikmati betapa nikmatnya semua...
Dulu ada dosa...
Kita khilaf...
Terdampar ke lembah kenistaan...
Terperangkap dalam kubangan syetan...
Kita terlupa karena lemah iman...
Dulu ada derita...
Kita terjatuh dalam nestapa...
Pilu, ngilu menderu...
Terseok-seok di alam kehancuran...
Kita terlupa karena lemah amalan...
Tapi...
Semua takkan lama kawan...
Bila Qalbu ada setitik iman...
Tersentuh oleh keindahan cintamu pada-NYA...
DIA takkan biarkan kau dalam dosa berkepanjangan...
DIA takkan biarkan kau dalam derita selamanya...
Karena DIA ada di Qalbumu yang indah...
Cahaya-NYA akan menuntut jiwamu...
Cahaya-NYA akan membimbing langkahmu...
Semua takkan lama lama kawan...
Sentuhan cinta-NYA akan tetap menaungi hatimu...
Menuju pada kehidupan yang hakiki...
ILLAHI ROBBY akan menjemputmu dalam semesta takdirmu...
Bersabarlah...
Tawakkallah...
Ikhlaslah...
Tawadhu'lah...
Sentuhan cinta-NYA akan menghantarkanmu pada keabadian...
Keabadian yang bergelimang keindahan...
Keindahan yang bertaburkan iman...
ALLAAH....
Jangan biarkan kami tersesat lebih lama....
Hikss hikss hikss...
(*Jakarta, 10 Januari 2013*)
LENTERAKU
By: Winaria Lubis
Kasih
Lihat aku di sini dari alammu.
Betapa banyak peristiwa yang kualami setelah tanpamu.
Airmata, senyum, tawa, dan sejuta kisah menyertai perjalanan hidupku setelah tanpamu.
Aku malu padamu,
Karena kini aku berbeda dari yang dulu.
Aku malu padamu,
Karena aku tak mampu menghijjab batas auratku.
Aku nyaris tersungkur, nyaris tak terkendali.
Duhai Lenteraku.
Maafkan aku...
By: Winaria Lubis
Kasih
Lihat aku di sini dari alammu.
Betapa banyak peristiwa yang kualami setelah tanpamu.
Airmata, senyum, tawa, dan sejuta kisah menyertai perjalanan hidupku setelah tanpamu.
Aku malu padamu,
Karena kini aku berbeda dari yang dulu.
Aku malu padamu,
Karena aku tak mampu menghijjab batas auratku.
Aku nyaris tersungkur, nyaris tak terkendali.
Duhai Lenteraku.
Maafkan aku...
AIRMATA-KU
By: Winaria Lubis
Keresahan dalam setiap jelaga rindu...
Masih saja setia menemani kesepian hatiku...
Terpadu antara seribu rindu, seribu pilu...
Aku masih setia memperbarui kisahku walau tanpamu...
Hening...sepi...sunyi...
Saat kutak mampu menghalau redamnya rindu...
Hanya airmata yang mampu tergerai dari sudut hatiku...
Menggumpal menjadi kristal-kristal kepiluan...
Aku ingin ragaku kau dekap...
Aku ingin hatiku kau belai dalam kehangatan kasihmu...
Aku ingin bibirku kau kecup lembut penuh mesra...
Aku ingin bersandar dalam pelukan sayangmu...
Tapi, sekali lagi hanya air mata yang mampu tertuang dalam seribu hasrat yang terpendam...
Air mataku menjadi saksi betapa aku kangen kamu...
Aku sayang kamu...
By: Winaria Lubis
Keresahan dalam setiap jelaga rindu...
Masih saja setia menemani kesepian hatiku...
Terpadu antara seribu rindu, seribu pilu...
Aku masih setia memperbarui kisahku walau tanpamu...
Hening...sepi...sunyi...
Saat kutak mampu menghalau redamnya rindu...
Hanya airmata yang mampu tergerai dari sudut hatiku...
Menggumpal menjadi kristal-kristal kepiluan...
Aku ingin ragaku kau dekap...
Aku ingin hatiku kau belai dalam kehangatan kasihmu...
Aku ingin bibirku kau kecup lembut penuh mesra...
Aku ingin bersandar dalam pelukan sayangmu...
Tapi, sekali lagi hanya air mata yang mampu tertuang dalam seribu hasrat yang terpendam...
Air mataku menjadi saksi betapa aku kangen kamu...
Aku sayang kamu...
KISAH
SEPOTONG KERINDUAN
By: Winaria Lubis
Pada ribuan gelombang yang menerpa...
Menampik kerinduan di batas cakrawala...
Di bawah beningnya matamu...
Apakah suara "ping" dan "kring" lewat BB itu akan berdenting lagi?
seperti saat dulu kita menari di balik telinga dan di antara celoteh tentang kerinduan kita...
Sayang duhai pujaanku...
Mari ke mari kayuhkan perahu cintamu...
Menuju dermaga hatiku yang merindu...
Karena aku tak mampu menahan derasnya laju seribu rindu yang menderu...
Aku ingin malam ini, kau dekap erat penuh mesra tak berjarak tak bermaya...
Semoga kau mengerti...
By: Winaria Lubis
Pada ribuan gelombang yang menerpa...
Menampik kerinduan di batas cakrawala...
Di bawah beningnya matamu...
Apakah suara "ping" dan "kring" lewat BB itu akan berdenting lagi?
seperti saat dulu kita menari di balik telinga dan di antara celoteh tentang kerinduan kita...
Sayang duhai pujaanku...
Mari ke mari kayuhkan perahu cintamu...
Menuju dermaga hatiku yang merindu...
Karena aku tak mampu menahan derasnya laju seribu rindu yang menderu...
Aku ingin malam ini, kau dekap erat penuh mesra tak berjarak tak bermaya...
Semoga kau mengerti...
Puisi2nya bagus Bu. Ibu atau Tante ya? Kalau Mita copas, boleh ya?
BalasHapusGood... Aku suka ... Ijin copas... Boleh kh...???
BalasHapus